Jadilah Dirimu Sendiri Sebaik Baik Pandangan dari Nur Ilahi

Ilmu itu diiringi dengan amalan,
maka barangsiapa yang memiliki ilmu hendaklah beramal dengan ilmu tersebut.
Ilmu seolah-olah memanggil amalan seseorang dan pergi kepadanya apabila mendapat jawapan,
sebaliknya ilmu tadi akan pergi jauh daripadanya apabila tidak mendapat sebarang jawapan
(Saidina Ali Bin Abi Talib k.w.h )
“Benarlah ucapan Rasulullah!. Kamu berjalan sebatang kara, mati sebatang kara, dan nantinya (di akhirat) dibangkitkan sebatang kara”.




Perbanyaklah bersyukur niscaya allah akan tambahkan kenikmatan ...

Rabu, 07 April 2010

Kelapangan Membuatku Lupa


Kelapangan Hati
Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR


SEANDAINYA orang-orang kaya mengetahui betapa bahagianya hati yang lapang, maka pastilah mereka akan membelinya. Namun sayang, kelapangan hati tidak bisa dibeli dengan uang.

Betapa banyak rumah yang besar tetapi terasa sempit, ruang ber-AC terasa membara, kasur empuk tidak membuat kantuk, uang banyak terasa sedikit, persoalan kecil terasa besar dan mencekik, semua itu terjadi karena hati pemiliknya demikian sempit. Gajah di tanah lapang yang luas tidak membuat takut bahkan justru dinikmati, tetapi kecoak di kamar mandi yang sempit membuat orang menjerit-jerit.

Ya Fattaah, Ya Fattaah Wahai Yang Maha Pembuka, Wahai Yang Memberikan Kemenangan!

Dia-lah yang membuka segala yang tertutup. Hapalan, selama masih terkunci, maka betapa pun berusaha tetap tidak teringat. Kata-kata, betapa pun sudah dirancang dan dipersiapkan, selama masih terkunci maka tidak dapat keluar dengan lancar dari mulut. Persoalan, selama masih tertutup jalan pemecahannya maka akan tetap buntu, gelap, dan pekat. Ide, usaha, rezeki, urusan, semuanya akan sulit selama belum terbuka jalan-nya. Memperbanyak membaca Ya Fattaah, Ya Fattaah sambil berharap Allah membuka jalan-jalan yang masih tertutup akan sangat berguna. Ikhtiar mencari jalan bagaikan benih yang ditabur, doa bagaikan siraman air hujan yang menumbuhkan benih.

Nabi Musa a.s. telah meminta kepada Al-Fattah, Allah Azza wa Jalla, dengan satu doa yang indah yang diabadikan dalam Alquran, Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, lepaskanlah kekeluan dari lisanku agar mereka memahami perkataanku. (Q.S. Thoha [20]: 25-28)

Lapang dada atau lapang hati yang dimohonkan oleh Nabi Musa kepada Allah, adalah kunci kesuksesan hidup. Bila hati lapang maka pandangan menjadi bijak, emosi tenang dan stabil, pikiran jernih, sabar menahan goncangan, hikmah kejadian akan mudah terlihat, yang semua itu adalah kekayaan yang tak terhingga dalam menyikapi perubahan-perubahan yang senantiasa terjadi dalam kehidupan.

Memahami orang lain adalah usaha aktif, yang dilakukan oleh perasaan dan pikiran dalam menilai tindakan-tindakan orang lain secara jujur dan penuh kasih sayang. Suatu saat pembantu berlaku sembrono sampai piring pecah, maka tindakan pertama dilakukan adalah berempati dengan perasaan dan berpikir secara positif untuk memahami kesembronoan pembantu. Mana ada pembantu yang mempunyai hobi memecahkan piring. Keteledorannya mungkin karena kurang tidur, atau anaknya sedang sakit di kampung atau ia sendiri sedang sakit atau mau menikah tetapi tidak punya uang.

Bagi pembantu, pecahnya piring sudah menimbulkan perasaan bersalah yang menyiksa. Lagi pula cacian dan makian tidak akan membuat piring pecah menjadi utuh kembali, tetapi hanya membuat bertambahnya luka di hati pembantu. Dengan memahami orang lain, kita akan bertambah bijaksana tetapi kalau hanya berharap untuk dipahami maka bersiap-siaplah untuk sengsara.

Tidak mempersulit diri adalah tindakan penuh kesadaran dalam menilai situasi seperti apa adanya, tidak ditambah-tambah, dan tidak dikurang-kurangi. Kenyataan yang mengecewakan akan bertambah parah kalau kita membesar-besarkan sisi yang mengecewakan. Padahal, pada setiap kejadian tidak semua sisi mengecewakan, selalu ada sisi yang menyenangkan. Beli durian, kata penjual duriannya manis, begitu dibuka bukannya manis malahan busuk. Tentu ini kejadian yang mengecewakan. Tetapi, kebanyakan orang mendramatisasi dan menimbulkan kekesalan-kekesalan baru dan pemborosan energi yang tidak perlu.

Pikiran bekerja mencari keburukan penjual, lalu menyebarkan berita kepada sanak famili dan menyimpan kebusukan durian di dalam hati, membuat hati pun ikut busuk. Orang yang bijak dan tidak mempersulit diri akan berpikir, jual beli adalah ibadah dan sudah sampai ganjarannya di sisi Allah. Untung durian ini yang dibeli bukannya orang yang uangnya pas-pasan. Untung yang beli durian ini bukan orang yang istrinya lagi ngidam durian. Terbelinya durian ini oleh kita, menjadi rahmat besar bagi orang lain, toh kita tidak mati gara-gara tidak jadi makan durian. Meskipun durian busuk tetapi hati tetap mulia.

Memberi maaf berarti mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain. Mengingat-ingat kesalahan orang hanya membuat hati keruh, pikiran kotor, perasaan tidak enak, dan tidur pun tidak nyenyak. Mengapa mesti merusak kebahagiaan yang dua puluh empat jam gara-gara memikirkan kesalahan satu orang. Mengapa mesti tercuri hati ini gara-gara seorang murid yang menjengkelkan, bukankah ada empat puluh murid lain yang tidak menjengkelkan. Mengapa mesti sengsara oleh seorang tetangga yang menyebalkan, bukankah ada dua ratus tetangga yang tidak menyebalkan. Belajarlah memaafkan yang satu orang maka kebahagiaan dari seribu orang yang lain akan berdatangan. Wallahua'lam.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar