Jadilah Dirimu Sendiri Sebaik Baik Pandangan dari Nur Ilahi

Ilmu itu diiringi dengan amalan,
maka barangsiapa yang memiliki ilmu hendaklah beramal dengan ilmu tersebut.
Ilmu seolah-olah memanggil amalan seseorang dan pergi kepadanya apabila mendapat jawapan,
sebaliknya ilmu tadi akan pergi jauh daripadanya apabila tidak mendapat sebarang jawapan
(Saidina Ali Bin Abi Talib k.w.h )
“Benarlah ucapan Rasulullah!. Kamu berjalan sebatang kara, mati sebatang kara, dan nantinya (di akhirat) dibangkitkan sebatang kara”.




Perbanyaklah bersyukur niscaya allah akan tambahkan kenikmatan ...

Selasa, 10 Agustus 2010

Ramadhan Pertama





Memacu Amalan Ramadhan

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Saudaraku, dalam satu tahun Allah menciptakan satu bulan istimewa, bulan yang penuh kasih sayang, barokah, dan ampunan. Sungguh bulan yang benar-benar beda dengan sebelas bulan lainnya, hari demi harinya berbeda, jam demi jamnya berbeda, detik demi detik berbeda; begitu spesial. Inilah bulan Ramadhan. Bulan yang sangat dirindukan oleh umat Islam sedunia.

Di bulan Ramadhan ini, Allah SWT menjanjikan akan menjamu hamba-hamba yang beriman. Sedemikian dahsyatnya jamuan Allah, sampai-sampai bagi siapa pun yang melewati saat-saat Ramadhan ini dengan sebaik-sebaiknya, maka dia dijanjikan mendapat jaminan keselamatan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan bulan suci ini sebagai sarana peningkatan kualitas amal ibadah kita kepada Allah. Kita jadikan bulan ini sebagai sarana untuk mencapai tujuan mulia kita, yaitu memperbaiki mutu diri kita.

Apa sebenarnya yang harus kita perbaiki dari diri kita ini? Salah satu jebakan dari kehidupan duniawi sekarang adalah kita merasa aman dan bangga dengan aksesori dunia. Kita merasa senang dengan keindahan penampilan. Kita merasa senang mengeluarkan biaya yang mahal untuk memperindah rumah kita. Kita juga mau mengkredit tiap bulan untuk mobil mewah agar diri kita tampak lebih indah. Kita semakin bersungguh-sungguh memperindah aksesori duniawi. Tapi, tak banyak orang yang bersungguh-sungguh memperindah kepribadiannya dengan akhlak mulia dan kualitas ibadah yang baik.

Saudaraku, mari kita bertekad, pantang bagi kita menyia-nyiakan perpindahan detik demi detik di bulan Ramadhan ini tanpa peningkatan amal. Ramadhan ini sungguh sangat berharga bagi kita sehingga kita harus memperhitungkan agar setiap ucapan, pikiran, dan perilaku kita menjadi amal shalih.

Mari kita isi bulan Ramadhan ini dengan melakukan amal ibadah, tidak saja ibadah secara ritual namun juga ibadah yang bersifat sosial. Salah satu caranya, kita dapat membuat skala prioritas dalam bulan Ramadhan ini. Pertama, manajemen waktu kita harus terkendali dengan baik. Kedua, kita harus mempunyai target yang jelas. Tentang shalat kita, misalnya. Kita evaluasi kembali, apakah sudah khusyuk dan sesuai dengan yang dicontohkan Nabi?

Saudaraku, hal lain yang prioritas harus kita tekadkan di bulan Ramadhan adalah menjadi ahli sedekah. Tentu saja kemampuan ekonomi di antara kita berbeda-beda. Sedekah itu tidak diukur dari besar kecilnya, akan tetapi optimalisasi yang kita lakukan. Percayalah, tidak pernah berkurang harta dengan disedekahkan, melainkan bertambah, bertambah dan bertambah nilainya di hadapan Allah.

Insya Allah selepas Ramadhan nanti, kita dapat merasakan kekuatan perubahan dalam diri kita, menjadi pribadi takwa yang dicintai Allah dan disayangi makhluk-Nya. Selamat menikmati jamuan Allah di bulan Ramadhan, Saudaraku!

www.republika.co.id

Ramadhan Pertama



Memacu Amalan Ramadhan

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Saudaraku, dalam satu tahun Allah menciptakan satu bulan istimewa, bulan yang penuh kasih sayang, barokah, dan ampunan. Sungguh bulan yang benar-benar beda dengan sebelas bulan lainnya, hari demi harinya berbeda, jam demi jamnya berbeda, detik demi detik berbeda; begitu spesial. Inilah bulan Ramadhan. Bulan yang sangat dirindukan oleh umat Islam sedunia.

Di bulan Ramadhan ini, Allah SWT menjanjikan akan menjamu hamba-hamba yang beriman. Sedemikian dahsyatnya jamuan Allah, sampai-sampai bagi siapa pun yang melewati saat-saat Ramadhan ini dengan sebaik-sebaiknya, maka dia dijanjikan mendapat jaminan keselamatan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan bulan suci ini sebagai sarana peningkatan kualitas amal ibadah kita kepada Allah. Kita jadikan bulan ini sebagai sarana untuk mencapai tujuan mulia kita, yaitu memperbaiki mutu diri kita.

Apa sebenarnya yang harus kita perbaiki dari diri kita ini? Salah satu jebakan dari kehidupan duniawi sekarang adalah kita merasa aman dan bangga dengan aksesori dunia. Kita merasa senang dengan keindahan penampilan. Kita merasa senang mengeluarkan biaya yang mahal untuk memperindah rumah kita. Kita juga mau mengkredit tiap bulan untuk mobil mewah agar diri kita tampak lebih indah. Kita semakin bersungguh-sungguh memperindah aksesori duniawi. Tapi, tak banyak orang yang bersungguh-sungguh memperindah kepribadiannya dengan akhlak mulia dan kualitas ibadah yang baik.

Saudaraku, mari kita bertekad, pantang bagi kita menyia-nyiakan perpindahan detik demi detik di bulan Ramadhan ini tanpa peningkatan amal. Ramadhan ini sungguh sangat berharga bagi kita sehingga kita harus memperhitungkan agar setiap ucapan, pikiran, dan perilaku kita menjadi amal shalih.

Mari kita isi bulan Ramadhan ini dengan melakukan amal ibadah, tidak saja ibadah secara ritual namun juga ibadah yang bersifat sosial. Salah satu caranya, kita dapat membuat skala prioritas dalam bulan Ramadhan ini. Pertama, manajemen waktu kita harus terkendali dengan baik. Kedua, kita harus mempunyai target yang jelas. Tentang shalat kita, misalnya. Kita evaluasi kembali, apakah sudah khusyuk dan sesuai dengan yang dicontohkan Nabi?

Saudaraku, hal lain yang prioritas harus kita tekadkan di bulan Ramadhan adalah menjadi ahli sedekah. Tentu saja kemampuan ekonomi di antara kita berbeda-beda. Sedekah itu tidak diukur dari besar kecilnya, akan tetapi optimalisasi yang kita lakukan. Percayalah, tidak pernah berkurang harta dengan disedekahkan, melainkan bertambah, bertambah dan bertambah nilainya di hadapan Allah.

Insya Allah selepas Ramadhan nanti, kita dapat merasakan kekuatan perubahan dalam diri kita, menjadi pribadi takwa yang dicintai Allah dan disayangi makhluk-Nya. Selamat menikmati jamuan Allah di bulan Ramadhan, Saudaraku!

www.republika.co.id

Rabu, 21 April 2010

Menangislah Karena Allah

Bumi kata pergi kubur kata mari. Itulah satu ungkapan yang selalu kita dengar. Sedar tidak sedar usia kita hari ini makin bertambah. Bahkan kehidupan kita ini semakin dekat dengan Allah s.w.t. Hari pembalasan (yau mul hisab) semakin menghampiri kita. Mari kita muhasabah bersama, sudah banyakkah amalan kita untuk dibawa kesana? apakah semua amalan di dunia ini akan diterima oleh Allah s.w.t? Ya Allah...


Firman Allah s.w.t "Sesungguhnya Allah s.w.t menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri" (Surah Al-Baqarah:222)

Firman Allah s.w.t "Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan." (Surah Asy-Syuuraa:25)

Pada zaman Nabi Musa A.S, datanglah kepada beliau seorang wanita untuk bertaubat kepada Allah s.w.t atas semua kesalahan yang telah dia lakukan selama ini. Wanita tersebut berkata:" Wahai Nabiullah, saya jauh-jauh datang ke sini hanya untuk bertaubat kepada Allah, mohonkan taubatku diterima oleh-Nya". Nabi Musa AS, berkata:" Gerangan dosa apakah yang telah engkau perbuat, hingga engkau ingin bertaubat kepada Allah SWT?". Wanita tersebut berkata kembali:" Aku telah berzina dengan seseorang dan telah melahirkan seorang bayi, kerana rasa malu dan takut diketahui oleh orang lain, maka aku bunuh bayi tersebut".

Demi mendengar itu semua, Nabi Musa sangatlah marah, lalu Beliau berkata:" Pergilah engkau, jangan kau bakar aku dengan api neraka yang diakibatkan oleh perbuatanmu itu!!". Wanita tersebut menangis lalu berkata:" Wahai Nabi Allah, tidakkah aku dapat bertaubat kepada Allah, dan aku berjanji tidak akan mengulangi semuanya itu". Nabi Musa A.S masih dalam keadaan marah lalu mengusir wanita tersebut sambil berkata:" Dosamu terlalu besar dan tidak bisa dimaafkan".

Lalu pulanglah wanita tersebut sambil menangis. Tidak lama dari kejadian tersebut, datanglah Malaikat jibril kepada Nabi Musa A.S. Jibril berkata:" Wahai Musa, Allah telah menegurmu, mengapa engkau tolak taubat wanita tersebut, padahal wanita tersebut telah benar-benar mengakui kesalahan dan menyesal atas semua kesalahannya itu, dia ingin kembali ke jalan yang benar, harusnya Engkau membimbingnya bukannya mengusirnya!!!".

Demi mendengar itu semua, Nabi Musa berkata:" Dosa wanita tersebut terlalu besar wahai Jibril, dan Aku tidak yakin Allah akan mengampuni dosa tersebut". Jibril berkata:" Allah maha pengampun lagi maha mendengar taubat dari Hamba-Nya yang benar-benar ingin bertaubat, Bahkan dosa yang lebih besar dari itupun Allah pasti akan mengampuninya".

Berkata Nabi Musa AS:" Dosa apakah yang lebih besar daripada dosa wanita yang telah berzina dan membunuh anak dari hasil perzinaan tersebut, Ya Jibril???". Jibril menjawab:" Seseorang yang meninggalkan Sholat dengan sengaja". Mendengar itu semua Nabi Musa menangis dan dia menyesal atas kekeliruan yang telah beliau lakukan kepada wanita yang benar-benar ingin bertaubat.

Daripada Abdullah bin Umar r.a. daripada Nabi s.a.w. bahawa pada suatu hari baginda menyebut tentang solat lalu baginda bersabda yang bermaksud: Sesiapa yang memelihara solat, nescaya solatnya menjadi nur untuknya, ketandaan (iman) dan kelepasan (dari neraka) pada hari kiamat. Sebaliknya sesiapa yang tidak memeliharanya nescaya tiada nur baginya, ketandaan dan kelepasan. Malahan dia adalah (dikumpulkan dalam neraka yang paling panas sekali) bersama Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubai bin Khalaf. (Hadis riwayat Ahmad, at-Tabrani dan Ibnu Hibban).

Daripada Jabir r.a. meriwayatkan beliau telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: Sesungguhnya meninggalkan solat ialah (perkara yang menghubungkan) seseorang dengan kufur.(Hadis riwayat Ahmad).

RENUNGAN

Allah SWT Maha pengampun kepada Hamba-Nya yang benar-benar ingin bertaubat.
Tidak ada manusia yang tidak punya dosa, kerana manusia selalu dihinggapi dosa. Dan manusia yang baik bukanlah manusia yang tanpa dosa, tetapi manusia yang apabila dia melakukan dosa, dia menyedari kesalahan dan bertaubat kepada Allah.

Oleh kerana itu sebelum terlambat, marilah kita memohon ampun kepada Allah s.w.t, sering-seringlah ber"istighfar". Mudah-mudahan semua dosa kita bisa diampuni oleh Allah SWT. Amin Ya Rabbal A'lamin
Semoga tulisan sederhana ini membawa banyak manfaat bagi yang membacanya. Segala kesalahan adalah dari saya peribadi. Oleh yang demikian saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kebenaran itu mutlak milik Allah SWT.

Ya Allah...
Terimalah Taubat kami...
Jadikan Air Mata ini sebagai saksi penebus dosa-dosa kami di akhirat kelak...
Ya Allah...
Kasihanilah kami semua...
Terimalah kami sebagai hamba Mu yang beriman dan beramal soleh...
Amin Ya Rabbal A'lamin...

Selasa, 20 April 2010

Istriku Yang Bersusah...

Ya Allah.... andai Engkau berkenan limpahkan kepada kami cinta yang kau jadikan pengikat rindu, Rosulullah dan khodijah Al-Qubrah yang Engkau jadikan mata air kasih sayang.

Sayidina Ali dan Fatimah Azzahro yang Kau jadikan penghias Nabi-Mu yang suci. namun bila itu berlebihan cukuplah Ridhlo-Mu untuk menjadikan kami suami-istri yang saling asih dikala dekat, saling menjaga kehormatan dikala jauh, saling mengingatkan dikala suka dan duka, saling menasehati dalam kesabaran dan peribadatan, saling mendo'akan dalam kebaikan dan ketaqwaan.

Ya Allah.... sempurnakanlah kebahagiaan kami dengan menjadikan rumah tangga kami sebagai ibadah kepada-Mu dan bukti kepengikutan dan cinta kami kepada sunah Rosul-Mu.

Bersyukurlah Pada Allah

Allah memiliki segala yang ada di langit dan di bumi termasuklah diri kita. Kita adalah milik Allah dan demikian jugalah segala apa yang kita miliki.

Oleh itu adalah menjadi satu tanggungjawab kepada kita untuk bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang kita terima. Sudah tentu nikmat yang kita perolehi terlalu banyak sehingga kita sendiri tidak mampu menghitungnya.

Cukuplah sekiranya kita bayangkan bagaimana jika matahari terus menerus memancarkan cahayanya sepanjang hari tidak kira siang mahupun malam? Sudah pasti ketika itu tiada kehidupan yang dapat bertahan hidup di atas muka bumi ini termasuklah manusia.

Firman Allah s.w.t : "Bagaimanakah fikiran kamu jika Allah
menjadikan siang kepada kamu selama-lamanya hingga ke hari kiamat. Tuhan yang manakah lagi selain Allah yang dapat membawakan malam kepada kamu untuk kamu berehat padanya? Maka mengapa kamu tidak mahu melihat dalil-dalil dan bukti keesaan dan kekuasaan Allah)?"
(Surah Al-Qasas : 72)

Cuba pula kita bayangkan bagaimana sekiranya sistem badan kita tidak lagi mempunyai antibodi yang berfungsi menentang serangan kuman dan penyakit. Sudah tentu badan kita tidak akan kekal lama dan kita tidak akan mampu hidup dengan selesa.

Firman Allah s.w.t : "Dan pada bumi ada tanda-tanda bagi orang-orang yang yakin, dan juga pada diri kamu sendiri. Maka mengapa kamu tidak mahu melihat serta memikirkan (dalil-dalil dan bukti itu)?. Dan di langit pula terdapat rezeki-rezeki kamu, dan juga terdapat apa yang telah dijanjikan kepada kamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya itu tetap benar sebagaimana benarnya kamu dapat berkata-kata".
(Surah Adz-Dzaariyaat : 20-23)

Ini semua adalah nikmat yang berkaitan dengan hidup dan mati kita.

Bagaimana pula nikmat yang Allah kurniakan untuk memberi kesenangan kepada kita seperti anggota badan yang sempurna, kenderaan yang baik dan rumah yang selesa?. Tidakkah kita patut bersyukur dengan segala nikmat yang telah dikurniakan itu?

Sekiranya kita bersyukur sudah pasti Allah akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita.

Firman Allah s.w.t : "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhan kamu memberitahu kepada kamu, sekiranya kita bersyukur Aku akan menambahkan (nikmat-Ku) kepada kamu tetapi sekiranya kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sungguh pedih".
(Surah Ibrahim : 7)

Bersyukur adalah sebagai tanda kita mengakui diri kita hamba Allah yang tunduk kepada kerajaan Allah yang maha kaya yang memiliki segala sesuatu. Jika sebaliknya maka kita adalah seorang hamba yang menderhakai Tuhannya yang telah mengurniakan kepadanya segala kesenangan dan kenikmatan.

Ramai orang yang semakin jauh daripada Allah setelah menikmati kesenangan bahkan menafikan sama sekali kenikmatan yang diterimanya adalah kurniaan daripada Allah.

Manusia yang lupa untuk bersyukur ini seharusnya mengingati bencana yang telah menimpa ke atas Qarun, seorang yang hidup pada zaman nabi Allah Musa iaitu orang yang terkaya di dunia tetapi tidak bersyukur kepada Allah. Maka kerana itu, Allah membinasakan beliau bersama-sama dengan segala harta kekayaannya supaya ianya menjadi peringatan kepada manusia yang akan datang.

Namun bagaimanakah cara kita bersyukur kepada Allah? Rasulullah pernah ditegur oleh isterinya, Aisyah apabila melihat baginda berterusan
bersembahyang sehingga menyebabkan kaki baginda bengkak.

Aisyah berkata: "Bukankah Allah telah mengampunkan dosamu yang terdahulu dan yang akan datang? Baginda menjawab: "Salahkah aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?"

Rasulullah adalah contoh yang terbaik bagi kita. Baginda mengajar kita bagaimana cara untuk bersyukur kepada Allah. Iaitu segala nikmat yang telah kita terima mestilah dibalas dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Sebagai tanda kesyukuran juga, kita hendaklah melaksanakan segala yang diperintah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah.

Semoga dengan segala bentuk kesyukuran seperti ini akan menghampirkan kita lagi kepada Allah dan Allah akan menambahkan lagi nikmat yang
dikurniakan-Nya kepada kita.


Wassalam.

Rabu, 07 April 2010

Abudzar..

Abu Dzar al-Ghiffari ra. sebelum memeluk Islam adalah seorang perampok para kabilah di padang pasir, berasal dari suku Ghiffar yang terkenal dengan sebutan binatang buas malam dan hantu kegelapan. Hanya dengan hidayah Allah akhirnya ia memeluk Islam (dalam urutan kelima atau keenam), dan lewat dakwahnya pula seluruh penduduk suku Ghiffar dan suku tetangganya, suku Aslam mengikutinya memeluk Islam.

Disamping sifatnya yang radikal dan revolusioner, Abu Dzar ternyata seorang yang zuhud (meninggalkan kesenangan dunia dan mengecilkan nilai dunia dibanding akhirat), berta’wa dan wara’ (sangat hati-hati dan teliti). Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidak ada di dunia ini orang yang lebih jujur ucapannya daripada Abu Dzar”, dikali lain beliau SAW bersabda, “Abu Dzar – diantara umatku – memiliki sifat zuhud seperti Isa ibn Maryam”.

Pernah suatu hari Abu Dzar berkata di hadapan banyak orang, “Ada tujuh wasiat Rasulullah SAW yang selalu kupegang teguh. Aku disuruhnya agar menyantuni orang-orang miskin dan mendekatkan diri dengan mereka. Dalam hal harta, aku disuruhnya memandang ke bawah dan tidak ke atas (pemilik harta dan kekuasaan)). Aku disuruhnya agar tidak meminta pertolongan dari orang lain. Aku disuruhnya mengatakan hal yang benar seberapa besarpun resikonya. Aku disuruhnya agar tidak pernah takut membela agama Allah. Dan aku disuruhnya agar memperbanyak menyebut ‘La Haula Walaa Quwwata Illa Billah’. “

Dipinggangnya selalu tersandang pedang yang sangat tajam yang digunakannya untuk menebas musuh-musuh Islam. Ketika Rasulullah bersabda padanya, “Maukah kamu kutunjukkan yang lebih baik dari pedangmu? (Yaitu) Bersabarlah hingga kamu bertemu denganku (di akhirat)”, maka sejak itu ia mengganti pedangnya dengan lidahnya yang ternyata lebih tajam dari pedangnya.

Dengan lidahnya ia berteriak di jalanan, lembah, padang pasir dan sudut kota menyampaikan protesnya kepada para penguasa yang rajin menumpuk harta di masa kekhalifahan Ustman bin Affan. Setiap kali turun ke jalan, keliling kota, ratusan orang mengikuti di belakangnya, dan ikut meneriakkan kata-katanya yang menjadi panji yang sangat terkenal dan sering diulang-ulang, “Beritakanlah kepada para penumpuk harta, yang menumpuk emas dan perak. Mereka akan diseterika dengan api neraka, kening dan pinggang mereka akan diseterika dihari kiamat!”

Teriakan-teriakannya telah menggetarkan seluruh penguasa di jazirah Arab. Ketika para penguasa saat itu melarangnya, dengan lantang ia berkata, “Demi Allah yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya! Sekiranya tuan-tuan sekalian menaruh pedang diatas pundakku, sedang mulutku masih sempat menyampaikan ucapan Rasulullah yang kudengar darinya, pastilah akan kusampaikan sebelum tuan-tuan menebas batang leherku”

Sepak terjangnya menyebabkan penguasa tertinggi saat itu Ustman bin Affan turun tangan untuk menengahi. Ustman bin Affan menawarkan tempat tinggal dan berbagai kenikmatan, tapi Abu Dzar yang zuhud berkata, “aku tidak butuh dunia kalian!”.

Akhir hidupnya sangat mengiris hati. Istrinya bertutur, “Ketika Abu Dzar akan meninggal, aku menangis. Abu Dzar kemudian bertanya, “Mengapa engkau menangis wahai istriku? Aku jawab, “Bagaimana aku tidak menangis, engkau sekarat di hamparan padang pasir sedang aku tidak mempunyai kain yang cukup untuk mengkafanimu dan tidak ada orang yang akan membantuku menguburkanmu”.

Namun akhirnya dengan pertolongan Allah serombongan musafir yang dipimpin oleh Abdullah bin Ma’ud ra (salah seorang sahabat Rasulullah SAW juga) melewatinya. Abdullah bin Mas’ud pun membantunya dan berkata, “Benarlah ucapan Rasulullah!. Kamu berjalan sebatang kara, mati sebatang kara, dan nantinya (di akhirat) dibangkitkan sebatang kara”.

Abu Dzar Al-Ghiffari ra.